Penyimpangan Akidah Syiah, Mengajarkan Mencela Para Sahabat Nabi

Sebuah aliran keagamaan dianggap menyimpang jika menyalahi akidah yang menjadi pokok dan intisari ajaran Islam. Diantara Akidah itu sendiri adalah mengagungkan para Sahabat Nabi, menganggap mereka adalah orang-orang mulia, sehingga jika ada aliran yang mengajarkan sebaliknya, mencela dan mengafirkan para sahabat maka aliran tersebut dianggap sesat seperti aliran Syiah.

Paham Syi’ah ini, baru muncul dan berkembang setelah Rasulullah Saw wafat. Munculnya Syi’ah bermula dari perbedaan pendapat di kalangan para Sahabat Nabi SAW tentang siapa yang paling utama di antara mereka setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Perbedaan pandangan tentang posisi dan kedudukan tokoh-tokoh sahabat Nabi seperti Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab dari kalangan Muhajirin serta Sa’ad bin Ubadah dan yang lainnya dari kalangan Anshar berpengaruh pada pilihan Umat Islam di masa itu terkait siapa yang akan menjadi khalifah setelah Rasulullah SAW wafat.

Singkat cerita, Kemudian disepakati dan memutuskan Sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah pertama yang merupakan cikal bakal aliran syiah beranggapan hal itu adalah kesesatan karena bukan Ali bin Abi Thalib yang meneruskan tumpuk kepemimpinan Nabi dan menurut mereka menyalahi wasiat Nabi.

Syiah merupakan golongan yang mengklaim mencintai ahlul bait, mereka mengikuti tokoh-tokoh ahlul bait seperti Al-Hasan, Al-Husain, Ali bin Abi thalib, Ali bin Al-Husain dan lainnya, dan mereka mengatakan bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib yang layak sebagai pengganti nabi Muhammad Saw. Akan tetapi fanatisme buta mereka terhadap imam-imamnya justru membuat mereka menghina Nabi dan para sahabat.

Padahal, Para ulama telah menjelaskan barang siapa yang mencela para sahabat atau melecehkan mereka jika tidak sesuai dengan dalil qoth’i maka hukumnya kafir, dan mereka akan mendapat laknat dari Allah, malaikat, semua manusia dan Allah tidak menerima ibadah fardhu maupun sunnahnya.

Jika difikir lebih dalam, Para sahabat tidak mungkin menyembunyikan kebenaran atau mengabaikan kebenaran secara tipu muslihat, sedangkan mereka adalah orang-orang pilihan dari umat ini, saksi-saksi yang adil dan pemuka-pemuka terbaik berdasarkan sabda nabi:

خير القرون قرني ثم الّذين يلونهم ثم الّذين يلونهم.

Artinya: ”Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabatku), kemudian generasi berikutnya (tabi’in), kemudian generasi berikutnya (tabi’it tabi’in). (HR. Imam al-Bukhari)

Banyak konsekuensi dari mencela para sahabat apalagi beranggapan dan meyakini mayoritas para sahabat adalah kafir, salah satu konsekwensinya adalah akan menimbulkan keraguan mengenai kenabian nabi, karena jika sang pembawa risalah dengan bimbingan Allah dalam waktu yang lama tidak mampu mendidik suatu kaum maka sangatlah di ragukan kenabiannya.

Golongan muslimin wajib meyakini keutamaan sahabat Rasulullah, karena para sahabat merupakan orang yang pertama kali mengenalkan syari’at islam pada manusia, maka hendaknya senantiasa berprasangka baik dan menghormati mereka , sehingga menjadi bagian dari orang-orang yang di maksud dalam ayat:

والذين جاؤامن بعدهم يقولون ربّنااغفرلناولاخوانناالذين سبقوانا بالايمان.

Artinya: ”Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a:”Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” (QS. 59, al-Hasyr: 10)

Oleh: Heni Inlia Khilmi Qori, Mahasantri Ma’had Aly Assunniyyah Putri

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *