Mengapa Aqoid 50 Wajib Diketahui? Inilah Penjelasannya

Bagi para pengikut Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja), khususnya warga NU, tentunya tidak asing dengan istilah Aqoid lima puluh (50) karena sejak kecil sudah mempelajarinya, konsep ini sangat populer dan wajib bagi setiap muslim untuk mengetahuinya.

Aqoid 50 maksudnya adalah 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah dan 1 sifat jaiz bagi Allah, 4 sifat wajib bagi para rasul, 4 sifat mustahil bagi para rasul dan satu sifat jaiz bagi rasul, yang total semuanya berjumlah 50.

Setiap orang mu’min harus meyakini bahwa Allah wajib memiliki semua sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungannya, meyakini bahwa Allah mustahil memiliki sifat kekurangan yang tidak layak bagi keagungannya dan juga meyakini bahwa boleh melakukan dan meninggalkan segala sesuatu yang bersifat mungkin seperti menghidupkan, mematikan dan lain-lain.

Mengapa seorang muslim wajib mengetahui Aqoid 50?

Sebenarnya para Ulama Aswaja dalam menetapkan konsep sifat-sifat tersebut berangkat dari kajian yang sangat mendalam. Ada beberapa alasan logis mengenai latar belakang wajibnya mengetahui sifat tersebut antara lain:

1. Sifat tersebut dapat menghantarkan seseorang untuk ma’rifat dan mengenal Allah, sebagai seorang mu’min, ma’rifat dan mengenal Allah adalah wajib hukumnya, sedangkan mengetahui hakikat Allah jelas tidak mungkin kecuali oleh Allah sendiri. Ma’rifat dan mengenal Allah yang mampu dilakukan seseorang adalah dengan cara mengetahui sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz bagi Allah.

2. Sebenarnya ulama’ tidak membatasi sifat kesempurnaan Allah hanya pada 20 sifat, bahkan Allah wajib memiliki setiap sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungannya dan maha suci dari segala kekurangan yang tidak layak bagi keagungannya,karena sifat kesempurnaan Allah hakikatnya tidak terbatas.

Hanya saja, para ulama menetapkan, mengetahui sifat wajib Allah yang ada 20 ini karena batas kemampuan akal manusia dalam rangka mengenal Allah.

3. Para ulama membagi sifat khobariyyah, yaitu sifat-sifat Allah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits eragi menjadi dua, yaitu:

a. Sifatuz Dzat, yaitu sifat-sifat yang ada pada pada Dzat Allah, seperti sifat dua puluh.

b. Sifatul Af’al, yaitu sifat-sifat yang sebenarnya adalah perbuatan Allah, seperti Al Muhyi, Al Mumit, Ar Rahman dan lain lain.

Perbedaan keduanya adalah, Sifatuz Dzat merupakan sifat yang menjadi syartul uluhiyyah, yaitu syarat mutlak ketuhanan Allah, sehingga ketika itu wajib bagi Allah, maka kebalikan dari sifat tersebut adalah mustahil bagi Allah, seperti ketika Allah bersifat Baqo’ (kekal) maka Allah mustahil bersifat kebalikannya yaitu fana’(sirna).

Hal tersebut berbeda dengan Sifatul Af’al, ketika Allah memiliki salah satu di antara sifatul af’al, maka kebalikan dari sifat tersebut tidak mustahil bagi Allah, seperti sifat Al Muhyi (maha menghidupkan) dan kebalikannya Al Mumit (maha mematikan).

4. Sifat dua puluh tersebut dianggap cukup untuk membentengi akidah seseorang dari pemahaman keliru tentang Allah, sebagaimana dimaklumi, aliran-aliran menyimpang dari ahlu sunnah seperti mu’tazilah, mujassimah dan lainnya yang menyifati Allah dengan sifat-sifat yang menodai kemahasempurnaan dan kesucian Allah.

Maka dengan memahami sifat dua puluh tersebut, iman seseorang akan terbentengi dari keyakinan keyakinan yang keliru tentang Allah, Misalnya ketika mujassimah mengatakan bahwa Allah bertempat di arsy, pendapat ini dapat ditolak dengan salah satu sifat Allah, yaitu Qiyamuhu bi Nafsihi (Allah wajib berdiri sendiri). Wallahu a’lam.


Penulis: Chasanul Mujtaba, Mahasantri Ma’had Aly Assunniyyah Kencong Jember Mustawa III

Editor: Sufyan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *