Bagi kalangan pesantren, Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari bukanlah sosok yang asing, karena banyak karya-karya beliau dikaji di sebagian besar pesantren, terutama dalam bidang fiqh, seperti Fath al-Wahhab, Asna al-Matholib, dan Tuhfatu Ath-Thullab, juga di bidang ushul fiqh seperti Ghayat al-Wushul Syarh Lubb al-Ushul, Hasyiyah ‘ala Syarh al-Mahalli ‘ala Jam’ al-Jawami’, dan Fath al-Rahman Syarh Luqothot al-‘Ajalan.
Sebelumnya, penulis sendiri juga masih beranggapan bahwa Syaikh Zakariya adalah tokoh faqih dan ushuliy. Sampai kemudian penulis mendapatkan kesempatan berharga untuk menggali khazanah turats dari Negeri Kinanah Mesir melalui beasiswa Non Degree Dana Abadi Pesantren kerjasama Kemenag RI – LPDP, dan -alhamdulillah- penulis akhirnya mendapatkan persepsi yang lebih luas lagi tentang peran intelektual Imam Zakariya al-Anshari terutama dalam bidang ilmu hadits.
Ketika penulis berkunjung di Maktabah Kulliyah Ushuluddin Universitas Al-Azhar, secara kebetulan penulis mendapati kitab hadits ahkam yang berjudul Al-I’lam bi-Ahadits al-Ahkam yang disyarahi oleh beliau sendiri dengan nama Fath al-Allam bi Sharh al-I’lam bi-Ahadits al-Ahkam. Penulis akhirnya tertarik untuk mengetahui bagaimana kiprah Syaikh Zakariya al-Anshari dalam bidang ilmu hadits selain kemasyhurannya di bidang fiqh dan ushul fiqh.
Namun sebelum melangkah lebih jauh, perlu diketahui bahwa beliau bernama lengkap Zainuddin Abu Yahya Zakariyya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakariyya al-Anshari al-Khazraji al-Sunaiki al-Qahiri al-Azhari al-Syafi’i atau yang kerap disapa dengan panggilan Imam Zakariya al-Anshari. Beliau lahir pada tahun 824 H, di Sunaikah, desa kecil yang terletak antara kota Bilbis dan Al-Abbasiyah, timur Mesir.
Kehidupan Syaikh Zakariya al-Anshari dapat dibagi menjadi empat periode:
Periode Pertama
Di desanya Sunaikah, di mana ia dibesarkan dalam keluarga miskin, namun demikian ia bekerja keras untuk mencari ilmu.
Periode Kedua
Dia berpindah belajar di Masjid Al-Azhar. Ibunya memasrahkannya kepada Syaikh Al-Rabi’ bin al-Mushthalam al-Sulami untuk belajar di Al-Azhar setelah ayahnya wafat pada tahun 841 H. Di Al-Azhar beliau sangat fokus mencari ilmu, meskipun dalam kondisi keterbatasan ekonomi.
Periode Ketiga
Zakariya al-Anshari kembali ke kampung halamannya di Sunaikah setelah tinggal di Kairo, dan bekerja sebentar sebagai petani, namun ia tidak lupa mencari ilmu.
Periode Keempat
Ini adalah periode terakhir dalam hidupnya, ketika dia kembali ke Kairo, dan mengabdikan dirinya untuk mencari ilmu dan menimba ilmu dalam berbagai bidang, mendampingi para syaikh dan mengikuti pelajaran, menulis banyak kitab, mengajar, serta amar ma’ruf dan nahi munkar, hingga beliau wafat pada bulan Dzulhijah 925 H atau 926 H/ 1423 M pada usia 100 Tahun, dan dikebumikan di kota Qarafah, Kairo dekat makam Imam Syafi’i.
Imam Zakariya al-Anshari berguru kepada banyak ulama. Dalam kitab Al-Kawakib al-Sa’irah bi A’yan al-Qarn al-‘Asyirah disebutkan bahwa guru Zakariya al-Anshari lebih dari 150 guru. Ilmu-ilmu yang beliau pelajari adalah al-Quran dengan berbagai macam bacaannya, hadist, ilmu aqidah, tafsir, fiqih, ushul fiqh, nahwu, shorof, balaghah, dan juga ilmu hisab ataupun al-Jabar. Bahkan beliau juga mempelajari ilmu kedokteran dari gurunya yang bernama Syarafuddin bin al-Khassyab.
Sedangkan tokoh-tokoh ulama yang pernah belajar kepada Syaikh Zakariya al-Anshari antara lain: Syihab al-Din al-Ramli, Ibn Hajar al-Haytami, Abdul Wahhab al-Sya’rani, Al-Khatib al-Syirbini, Syams al-Din al-Ramli, Nasir al-Din al-Tablawi, dan masih banyak lagi.
Berkaitan dengan kiprah Imam Zakariya al-Anshari dalam ilmu hadits, beliau sangat tekun mendalami ilmu Hadits hingga dianggap sebagai rujukan dalam ilmu ini. Imam Zakariya mengambil ilmu hadits dari para imam pada masa itu, seperti Imam Ibnu Hajar Al-Asqallani dan lain-lain. Beliau membaca banyak kitab ilmu hadits kepada Imam Ibnu Hajar Al-Asqallani, yaitu kitab-kitab karya Ibn Shalah, sebagian besar isi kitab Sunan Ibn Majah, Al-Sirah al-Nabawiyyah karya Ibn Sayyid al-Nas, Bulugh al-Maram, dan Syarh al-Nukhbah karya Ibn Hajar sendiri.
Imam Zakariya juga mempelajari kitab Al-Mu’jam al-Kabir karya Imam Al-Thabarani dari Syaikhah Sarah binti Umar bin Abd al-‘Aziz Ibn Jama’ah tokoh musnid wanita pada masa itu. Beliau juga mendengarkan Shahih Muslim dari Zainuddin al-Zarkasyi. Selain itu beliau membaca kepada Abi al-Na’im Ridlwan al-‘Uqbi kitab Musnad al-Imam Syafi’I, Shahih Muslim, Al-Sunan al-Shughra karya Al-Nasa’i.
Imam Zakariya membaca Shahih al-Bukhari kepada Abi Ishaq Ibrahim bin Shadaqah al-Hanbali, juga beliau mendengarkan keseluruhan isi Shahih al-Bukhari dari Al-Syams al-Qayati.
Sebagian besar riwayat sanad Imam Zakariya al-Anshari dikumpulkan dalam tsabat yang ditakhrij oleh Imam Al-Sakhawi yang mencakup sekitar 116 nama masyayikh yang diurutkan dalam bentuk huruf mu’jam/hija’iyyah.
Kitab tsabat ini menunjukkan cara takhrij hadits musalsal bi al-awwaliyyah, musalsal bi al-mushafahah, musalsal bi al-fuqaha’, musalsal bi qira’at Surat al-Shaff, serta menyebutkan kitab-kitab dan karya-karya yang diambil oleh Imam Zakariya dengan sanadnya yang bersambung dengan penyusunnya.
Adapun karya Imam Zakariya al-Anshari dalam bidang hadits sebagaimana disebutkan oleh Al-Ghazzi dalam Al-Kawakib al-Sairah dan sumber lainnya adalah:
1. Minhat al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari dan dinamai juga dengan nama Tuhfat al-Bari dan telah ditahqiq oleh Sulayman bin Durai’ al-‘Azimi di percetakan Al-Rusyd.
2. Syarh Shahih Muslim sebagaimana disebutkan oleh Ḥaji Khalifah dalam Kasyf Ẓunun dan disebutkan oleh Imam Al-Sya’rani dalam kitab Al-Thabaqat.
3. Fath al-Baqiy bi Syarh Alfiyat al-‘Iraqi dalam bidang ilmu Musthalah Hadits telah ditahqiq oleh Hafiẓ Tsanaullah al-Zahidi di percetakan Dar Ibn Hazm tahun1999.
4. Fath al-Allam bi Sharh al-I’lam bi-Ahadits al-Ahkam yang sudah dicetak oleh Lajnah Tahqiq al-Turats di Maktabah al-Iman tahun 2020, juga ditahqiq oleh Muhammad Ali ‘Awadl dan ‘Adil Ahmad ‘Abd al-Maujud di percetakan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah tahun 2000.
5. Al-Adab fi Tabligh al-Arab yaitu kitab ringkasan atau mukhtashar kitab Al-Adab karya Imam Al-Bayhaqi. Kitab ini ditahqiq oleh Ali Husain al-Bawwab di percetakan Dar al-Furqan tahun 1992.
6. Tsabat Syaikh al-Islam Zakariya al-Anshari yang ditakhrij oleh Imam Al-Sakhawi dan telah ditahqiq oleh Muhammad bin Ibrahim al-Husain di percetakan Dar al-Basyair al-Islamiyah.
7. Sanad Abi Yahya Zakariya al-Anshari yang dikumpulkan oleh Najm al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Ali al-Ghithiy. Kitab ini disebutkan oleh Dr. Yusuf al-Mar’asyali dalam kitab Mu’jam al-Ma’ajim wa al-Masyikhat juz 1 hal.567-568 dan masih berupa manuskrip di Dar al-Kutub al-Mishriyah.
Selain karya tulis dalam bidang hadits, terdapat pula testimoni para ulama tentang kepakaran Imam Zakariya al-Anshari dalam ilmu hadits sebagaimana berikut:
Imam Ibn Hajar al-Haytami mengatakan bahwa Syaikh Zakariya al-Anshari adalah tokoh satu-satunya pada zamannya yang memiliki mata rantai sanad yang tinggi.
Bagaimana tidak? Sedangkan pada masa Syaikh Zakariya tidak ditemukan seseorang kecuali pernah mengambil sanad darinya, baik secara lisan langsung (musyafahah) atau melalui berbagai perantara. Bahkan, ada di antara mereka yang pernah mengambil sanad dari Syaikh Zakariya secara lisan langsung, dan di waktu yang bersamaan ia mengambil sanad yang sama dari orang lain yang memiliki selisih jarak perantara sampai tujuh perantara.
Ini menunjukkan bagaimana keistimewaan tingginya sanad yang dimiliki oleh Imam Zakariya dibanding musnid lain yang ada pada masa beliau masih hidup. Hal tersebut disebabkan panjangnya usia Imam Zakariya yang mencapai 100 tahun lebih. Sehingga selama hidup beliau bisa menemui beberapa generasi, mulai generasi kakek hingga cucu.
Imam Al-Sakhawi mengatakan bahwa Imam Zakariya mendapatkan ijazah dari gurunya yaitu Syaikh Ibn Hajar al-‘Asqaalani untuk berfatwa dan mengajar.
Syaikh Najm al-Din al-Ghazzi menyebut Imam Zakariya sebagai juru bicaranya ahli kalam, pimpinan fuqaha’ dan muhadditsin, al-Hafiẓ yang spesialis dengan sanad ‘aly-nya.
Syaikh Waliyullah al-Dahlawi dalam tsabat-nya yang berjudul Ithaf al-Nabih fi Ma Yahtaj ilayhi al-Muhaddits wa al-Faqih, menyebutkan silsilah para penghafal hadits dan musnid dari para masyayikh beliau. Syaikh Al-Dahlawi mengatakan bahwa secara global para masyayikh-nya bersambung sampai kepada Zayn al-Din Zakariya al-Anshari, Jalal al-Din al-Suyuthi, Syams al-Din al-Sakhawi, ‘Abd al-Ḥaq al-Sinbathi, dan Sayyid Kamal al-Din Muhammad bin Hamzah al-Husayni.
Selanjutnya al-Dahlawi menyatakan bahwa setelah melalui istiqra’ tamm, diketahui bahwasanya isnad hadits pada masa sekarang terputus kecuali dari jalur ulama Mesir. Yaitu Zayn al-Din Zakariya al-Anshari, Syams al-Din al-Sakhawi, Jalal al-Din al-Suyuthi, dan yang satu thabaqah dengan mereka.
Tidak ketinggalan pula Musnid al-Dunya Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani juga berkomentar tentang peran Imam Zakariya ketika meriwayatkan sanad-sanad Syaikh Muhammad Sa’id Sunbul dalam kitab Al-‘Ujalah al-Makkiyah. Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani mengatakan bahwa dalam kesemua sanad tersebut secara umum bersambung kepada dua imam, yaitu Imam Zakariya dan Imam Al-Suyuthi. Wallahua’lam.
Ditulis Oleh: Ahmad Zuhairuz Zaman, B.Sc., M.H. Dosen Ma’had Aly Assunniyyah, Penerima Beasiswa Non-Degree Kepengarangan Turats, Kemenag RI – LPDP
Referensi:
Al-Imam Zakariya bin Muhammad al-Anshari al-Azhari al-Mishri wa Juhududu al-Isnadiyah
Muhammad al-Sayyid Muhammad Ismail ‘Athiyyah, Al-Kawakib al-Sa’irah bi A’yan al-Qarn al-‘Asyirah,
Najm al-Din Muhammad bin Muhammad al-Ghazzi, Al-Nur al-Safir ‘an Akhbar al-Qarn al-‘Asyir
Muhyiddin ‘Abd al-Qadir bin Syaikh bin Abdillah al-‘Aidarus, Al-‘Ujalah al-Makkiyyah fi Asanid al-Syaikh Muhammad Sa’id Sunbul ila Muallif al-Kutub al-Haditsiyyah al-Madzkurah fi Awailihi al-Sunbuliyyah
Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani.
Kasyf Ẓunun ‘an Asami al-Kutub wa al-Funun, Ḥaji Khalifah, Muqaddimat Tahqiq Minhat al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari
Sulayman bin Durai’ al-Hazimi
Tsabat Syaikh al-Islam Zakariya bin Muhammad al-Anshari, Takhrij al-Hafiẓ Syams al-Din al-Sakhawi